Tuesday, February 18, 2014

Cara mengatasi disfungsi ereksi / impoten tanpa obat


Sampai saat ini Disfungsi Ereksi (DE) masih merupakan masalah yang
menakutkan bagi kaum pria terutama karena dapat menyebabkan ketidakharmonisan hubungan
dengan pasangan dan dalam jangka panjang akan menurunkan kualitas hidup penderita DE. Disamping
faktor psikogenik, sebanyak 2/3 dari kasus DE disebabkan oleh kelainan fisik seperti: diabetes mellitus,
hiperlipidemia (kolesterol yang tinggi), gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi liver, hipertensi, stroke,
kelainan pada jantung (gagal jantung, penyakit jantung koroner), proses penuaan, gangguan hormonal
(resistensi insulin, penurunan kadar testosteron), trauma daerah panggul (saluran sistem reproduksi
pria) seperti paska operasi prostat, mengkonsumsi alkohol, merokok, konsumsi obat–obat penenang
terus menerus dalam jangka waktu yang lama.

DE merupakan salah satu gangguan fungsi seksual yang umum ditemukan pada pria berusia di atas 40
tahun. Hampir 39% pria dengan DE yang berusia 40 - 70 tahun memiliki tingkat keparahan (gradasi)
sedang dan berat, sedangkan sebanyak 52% keparahannya ringan sampai berat. Dari sebuah studi yang
dilakukan di Boston (AS) didapatkan kasus baru DE sebanyak 24 orang per 1.000 pria. Diperkirakan pada
akhir tahun 2025, sebanyak 322 juta laki-laki di dunia akan menderita disfungsi ereksi.
“Mengingat penyebab DE diantaranya adalah diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung maka
disarankan bagi pria penderita penyakit tersebut sebaiknya kontrol ke urolog untuk memeriksa ada atau
tidaknya penyakit ini. Bila DE di deteksi lebih dini, maka terapinya relatif lebih mudah,” demikian
dikemukakan dr. Ponco Birowo, SpU, PhD dalam press conference yang diselenggarakan RS Asri hari ini.
“Berbagai kemajuan dalam bidang pengobatan seperti terapi obat minum dan non obat minum seperti
alat pompa vakum, obat suntik dan operasi, telah banyak menolong pria dengan DE. Beberapa hal baru
dalam terapi disfungsi ereksi, diantaranya adalah ditemukannya obat minum yang baru dan terapi gen.
Namun kedua hal tersebut masih terbatas pada uji coba, belum dapat dijadikan suatu bentuk terapi
yang teruji. Terapi terbaru dalam bidang disfungsi ereksi yang sudah dilakukan uji cobanya adalah LIESWT,”
jelasnya.
Low-Intensity Extracorporeal Shockwave Therapy (LI-ESWT) merupakan lompatan besar (giant leap)
yang bersifat revolusioner karena dapat memberikan kesembuhan atau mengembalikan kemampuan
ereksi pada pria dengan DE tanpa obat. Berbeda dengan terapi lainnya LI-ESWT atau terapi kejut
(penembakan) dengan gelombang intensitas rendah merupakan inovasi yang unik karena dapat
mengembalikan kemampuan ereksi spontan tanpa operasi atau non invasif (tanpa operasi), tidak
menimbulkan nyeri serta pasien mempunyai harapan tidak perlu lagi mengkonsumsi obat apabila akan
melakukan hubungan seksual.
“Penggunaan ESWL (gelombang kejut) sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 1980- an untuk
penatalaksanaan batu ginjal, lalu digunakan untuk ortopedi pada tahun 1990-an dan kardiologi pada
tahun 2000. Teknik LI (low intensity) ESWT pada dasarnya dilakukan dengan penembakan gelombang
kejut intensitas rendah yang akan menimbulkan shear stress sehingga berdampak positif dengan
terbentuknya pembuluh-pembuluh darah baru” dikatakan Dr.dr.Nur Rasyid, SpU, urolog senior dari RS
Asri dan FKUI RSCM pada kesempatan yang sama.
“Pada tahun 2010, suatu studi ESWT dilakukan pada bidang urologi dengan sampel penelitian adalah
pria yang merespon dengan baik obat-obatan oral (PDE 5i). Setelah obat distop selama sebulan, lalu
mulai dilakukan penembakan ESWT pada penis (di puncak, tengah dan pangkal) sebanyak 12 kali,
selama 9 minggu terdiri dari : 2x seminggu pada 3 minggu pertama, istirahat 3 minggu lalu kembali
dilakukan penembakan selama 3 minggu. Hasilnya dilakukan penghitungan skor kekerasan ereksi dan
hasilnya cukup tinggi pada rata-rata setelah 8 tembakan. Sekitar 70 persen dari sampel merespon
dengan baik terapi ini dan 50% dapat kembali ereksi spontan tanpa obat,” jelasnya.
Ia mengatakan lebih lanjut,“Pada penelitian selanjutnya yang bersifat random (sebagian dengan
penembakan sesungguhnya dan sebagian dengan penembakan palsu tanpa diketahui oleh subjek
maupun peneliti), didapati bahwa dari pria dengan DE yang merespon dengan baik terhadap obat oral,
sebanyak 70 % merespon dengan baik dan dapat melakukan ereksi spontan tanpa pengobatan.
Penelitian lanjutan juga dilakukan pada sampel yang tidak merespon dengan baik terhadap obat oral
(DE derajad berat) Setelah dilakukan penembakan, sebanyak 30 persen pria dapat terjadi ereksi tanpa
meminum obat, dan 40% berhasil ereksi kembali dengan meminum obat oral PDE5i.
Penelitian follow up yang dilakukan 6 bulan kemudian, ESWT tetap memberikan hasil yang baik, yaitu
dari 191 orang yang diterapi, 47 persen merespon dengan baik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
LI-ESWT ini benar-benar memberikan harapan baru pada pasien DE, yaitu kesembuhan tanpa obat.”
Prof. dr. Hadiarto Mangunnegoro, SpP(K), FCCP, Direktur RS ASRI Jakarta dalam sambutannya
mengatakan, ”RS ASRI khususnya ASRI Urology Center saat ini telah memiliki peralatan LI-ESWT untuk
membantu kesembuhan pasien DE. Diharapkan alat ini akan menjadi salah satu unggulan dalam
pengobatan terapi DE. Peralatan LI-ESWT telah dioperasionalkan sejak Agustus 2013 dan dijalankan oleh
tenaga yang terlatih dan profesional. Komitmen RS Asri diharapkan mampu memberikan layanan
kesehatan reproduksi pasutri (pasangan suami istri) yang efektif, aman dan efisien berdasarkan konsep
Evidence Based Health Care dengan tolok ukur jasa pelayanan kesehatan reproduksi yang unggul,
pertumbuhan usaha sehat yang berkesinambungan, keunggulan sistem dan teknologi, serta sumber
daya manusia yang kompeten, dan berorientasi pada kepuasan pasien.”

0 comments:

Post a Comment

Site Search